Kisah Syech Abdul Qadir Jaelani Dan Hukum Menjadikannya Sebagai Washilah Do'a
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Jika nama Abdul Qadir Jaelani
disebut atau didengarkan oleh sebagian orang, niscaya akan terbayang
suatu hal berupa keshalehan dan segala karamah, serta keajaiban yang
dimiliki oleh beliau menurut mereka. Orang-orang tersebut akan
membayangkan Abdul Qadir Jailani itu bisa terbang di atas udara,
berjalan di atas laut tanpa menggunakan seseuatu apapun, mengatur cuaca,
mengembalikan ruh ke jasad orang, mengeluarkan uang di balik jubahnya,
menolong perahu yang akan tenggelam, menghidupkan orang mati dan lain
sebagainya. Apakah semua itu betul, ataukah semua itu hanyalah karangan dan kedustaan dari para qashshash (pendongeng) yang bodoh?
Nama Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qodir bin Abi Shalih Zango Dost Al-Jaelani. Ia lahir di Jailan atau Kailan pada 470 H/1077 M, sehingga di akhir namanya ditambahkan kata Al-Jaelani atau Al-Kailani atau juga Al-Jiliydan. Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany
adalah salah seorang ulama ahlus-sunnah yang berasal dari negeri
Jailan. Kepada negeri inilah beliau dinasabkan sehingga disebut
“Al-Jailany”, artinya seorang yang berasal dari negeri Jailan. Jailan
merupakan nama bagi beberapa daerah yang terletak di belakang Negeri
Thobaristan. Tidak ada satu kota pun terdapat di negeri Jailan kecuali
ia hanya merupakan bentuk perkampungan yang terletak pada daerah tropis
di sekitar pegunungan. (Lihat Mu’jam Al-Buldan (4/13-16) Oleh Abu Abdillah Yaqut bin Abdillah Al-Hamawy).
1. Masa Menuntut Ilmu
Dalam usia 8 tahun, Abdul Qodir sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada 488 H/1095 M. Ia tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang kala itu dipimpin Ahmad Al-Ghazali, menggantikan saudaranya Abu Hamid Al-Ghazali. Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khathat, Abul Husein Al-Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al-Mukharrimi. Ia menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa’ad Al-Mukharrimi
yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj, menyerahkan
pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Ia mengelola sekolah ini
dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasihat
kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut. Banyak orang yang
bertaubat setelah mendengar nasihatnya. Banyak pula orang yang
bersimpati kepadanya, lalu datang menimba ilmu hingga sekolah itu tidak
mampu menampung lagi.
2. Murid-Murid Dan Ajaran Beliau
Murid-murid Syekh Abdul Qodir banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al-Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam, Syekh Qudamah, penyusun kitab fiqh terkenal Al-Mughni.
- Muridnya. Syekh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syekh Abdul Qodir sampai ia meninggal dunia.
- Akidahnya. Menurut Ibnu Qudamah, Syekh Abdul Qodir adalah seorang yang berilmu, berakidah Ahlus Sunnah, dan mengikuti jalan Salafush Shalih. "Beliau dikenal banyak memiliki karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, tarekat (jalan) yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya," kata Ibnu Qudamah.
- Pemalsu Kisahnya. Ada seorang yang bernama al-Muqri' Abul Hasan asy-Syathnufi al-Mishri (nama lengkapnya adalah Ali bin Yusuf bin Jarir al Lakhmi asy Syathnufi) yang mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir al Jailani dalam tiga jilid kitab. Judul asli Kiab itu cukup panjang, yaitu Bahjatu Al-Asraar wa Ma’dinu Al-Anwar fi Ba’di Manaqib Al-Quthb Ar-Rabbani Abdul Qadir jailani. Al Muqri' lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir al Jailani. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya).
- Pemahaman ilmu. Imam Ibnu Rajab juga berkata, "Syekh Abdul Qodir Jaelani memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu makrifat yang sesuai dengan sunnah.”
- Karya-karya. Beberapa karya Syekh Abdul Qodir Jaelani antara lain Al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq dan Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan ihwal yang berkaitan dengan nasihat dari majelis-majelisnya. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunah. Ia membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunah.
- Pendiri tarekat Qadariyah. Syekh Abdul Qodir adalah seorang alim, salafi, sunni, namun banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas namanya. Sedangkan ia berlepas diri dari semua kebohongan itu. Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama besar, yang juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia; Tarekat Qodiriyah.
3. Hukum Menjadikannya Washilah
Apabila sekarang ini
banyak kaum Muslimin menyanjung-nyanjung dan mencintainya, maka itu
adalah suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau
meninggi-ninggikan derajatnya di atas Rasulullah SAW, maka hal ini
merupakan kekeliruan yang fatal. Karena Rasulullah SAW adalah Nabi dan
Rasul yang paling mulia di antara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak
akan terkalahkan di sisi Allah oleh manusia manapun. Adapun sebagian kaum Muslimin yang menjadikan Syekh Abdul Qodir Jaelani sebagai washilah (perantara)
dalam doa mereka, berkeyakinan bahwa doa seseorang tidak akan
dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaraannya. Ini juga merupakan
kesesatan. Menjadikan orang yang meninggal sebagai perantara tidak ada syariatnya, dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdoa kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab doa merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah.
Allah SWT melarang mahluknya berdoa kepada selain Dia.
وَأَنَّ ٱلۡمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدً۬ا
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorang pun di dalamnya disamping (menyembah) Allah." (QS Al-Jin: 18).
Sudah menjadi keharusan
bagi setiap Muslim untuk memperlakukan para ulama dengan sebaik mungkin,
namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syariat. Syekh Abdul Qodir Jaelani wafat Sabtu malam selepas Maghrib, pada 9 Rabiul Akhir 561 H/1166 M di daerah Babul Azaj, Baghdad.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
Sumber:
www.republika.co.id
http://brianmuslim.blogspot.co.id/2013/02/biografi-singkat-syaikh-abdul-qadir-al.html
Sumber:
www.republika.co.id
http://brianmuslim.blogspot.co.id/2013/02/biografi-singkat-syaikh-abdul-qadir-al.html
No comments:
Post a Comment